antara reciprocation dan otoritas …

misuh No Comments »

saya betul2 tidak mengerti dengan keadaan yang dialami kampus saya selama ini, dulu pelayanan bisa berjalan lancar dengan hanya cukup menempel kertas tanda pemberitahuan(macam-macam isinya), tapi kini, dengan adanya era internet, seolah-olah sistem dipaksa masuk ke area internet(intranet tepatnya) dan dengan mengorbankan sisi kepentingan mahasiswa.

entah kenapa sejak era tersebut diberlakukan kampus saya tidak menjadi kampus yang informatif, dari dulu memang tidak terlalu informatif, tapi cukuplah, atau bahkan mungkin kurang, bila dilihat dari dibukanya program studi teknik informatika. kenapa saya bilang kurang, lha iya, prodi informatika sudah cukup lama dibuka, tapi penyampaian informasi sederhana pun tidak dapat dengan mudah ditemui, bukankah sesuatu hal yang “aneh”?

bahkan untuk masalah krusial seperti akses nilai, sering tidak diupdate, yang lebih parah lagi, informasi yang tidak diupdate tersebut dijadikan bahan rujukan resmi untuk sistem KRS semester berikutnya.

bila ditanya kenapa bisa begini, rata-rata jawabannya “saya hanya menjalankan apa yang sesuai dengan pekerjaan saya, selain itu gak ada urusan”, entah kenapa semua ini bisa terjadi, apakah pengaruh otoritas yang begitu besar, bahkan sampai hal remeh-temeh pun harus dikawal oleh pengaruh “otoritas” tersebut? atau imbal balik atas pengaruh reciprocation terhadap sistem yang telah “menghidupi” mereka, sehingga mereka merasa segan dalam melakukan segala sesuatunya walau mereka tahu bahwa yang dilakukan bukanlah sesuatu yang bernilai atas dasar kemanusiaan??

terus terang saya tergelitik dengan pola dan pengaruh teknik persuasi ini, saya berjanji suatu saat akan mengadakan penelitian sederhana tentang konsumsi persuasi reprokasi dan otoritas ini, mencoba mencari benang merahnya(bila ada) atau setidaknya merumuskan mengapa ikatannnya begitu kuat bahkan saking kuatnya sampai orang-orang lugu(baca:mahasiswa) dijadikan justifikasi kepada komunitas mahasiswa sendiri bahwa memang begitulah adanya, lalu memaklumkan atas segala seusatu yang mungkin akan dan telah terjadi…

ahh ,, entahlah,, saya hanya ingin konsentrasi dulu, biar cepat lulus :D menurut anda bagaimana??

Popularity: 6% [?]

Jack of all trade, master of none

misuh 1 Comment »

Yahh.. judulnya mungkin sedikit provokatif, tapi memang demikian adanya, hari ini saya baca e-mail dari milis kampus, tak usah disebutlah namanya. Intinya, ada banyak orang yang percaya bahwa mempelajari(baca: mengerti) bahasa pemrograman adalah salah.

jujur saja, saya kurang setuju dengan cara pandang yang demikian itu dilihat dari beberapa poin(saya berusaha se-objective mungkin), pertama, bahasa pemrograman adalaha alat yang digunakan untuk memprogram atau membuat daftar instruksi spesifik dimana antar bahasa memiliki ke-khasan masing2, bila tesis “belajar bahasa pemrograman salah” maka bagaimana kita dapat membuat suatu set instruksi yang spesifik(agar fitur dari bahasa pemrograman tersebut dapat digunakan) bila tidak mengerti(belajar) bahasa pemrograman tersebut secara spesifik, hasil keluaran dari set instruksi bisa jadi benar, tapi masalah efisiensi dan efektifitas serta fungsionalitas apakah bisa disamakan dengan set instruksi khusus(language specific)? saya rasa tidak.

kedua, bila tesisnya adalah “belajar algoritma dan bukan bahasa pemrograman” maka saya rasa anti-tesisnya adalah bagaimana mungkin mengimplementasikan algoritma yang spesifik tanpa pengetahuan yang spesifik pula akan bahasa pemrograman? anda bisa saja menulis stream input langsung ke suatu file dalam bahasa pemrograman apapun dengan algoritma apapun yang anda suka, tapi tidakkah anda tahu, bahwa setiap bahasa pemrograman memiliki fungsi penulisan stream input khusus yang telah menerapkan algoritma khusus pula yang sangat boleh jadi anda belum mengetahuinya? mengapa perlu ada cout dalam C++ bila printf sudah mencukupi untuk menulis? apa karena hanya masalah style? bila anda berkata “ya”, maka saya sarankan anda buka kembali manual C++ anda.

atau .. ada juga yang meng-analogikan motor sebagai bahasa pemrograman, maka yang menjadi perbedaan hanyalah masalah selera atas teknologi yang dipakai, desain .. yang penting tau teknik naik motor, begitu kata sebagian orang, tapi dan sekali lagi tapi, karena ini dalam konteks masalah penguasaan IT, mengapa kita hanya “tau teknik naik motor” saja, mengapa hanya “bisa” saja, kok gak sekalian jadi virtuoso? ahli, jago balapan klo menggunakan analogi belajar motor, toh Valentino Rossi, The Doctor-pun, yang notabene jagoan balap motor, masih harus belajar mengenali setiap motor yang jadi tunggangannya (ehh .. omong2 si rossi baru belajar naik motor ya :D )

klo hanya bisa, sayapun bisa semua .. bisa mimpi .. hahahahahahah :D ….. maksud saya, janganlah terlalu mendewakan bahasa pemrograman,tapi juga jangan meremehkannya :D

salam ..

Popularity: 4% [?]

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Login